Efek Purbaya terhadap Data kuantitatif sektor properti di Indonesia

Data kuantitatif terkini kondisi sektor properti di Indonesia

Berikut ini data penting untuk menelaah sejauh mana kebijakan pemerintahan, termasuk kebijakan fiskal dari Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan, berdampak ke pasar properti.

1. Penyaluran kredit properti

Saldo kredit properti, termasuk KPR/KPA, tercatat sekitar Rp 1.442,5 triliun per Mei 2025. 
Pertumbuhan year-on-year kredit properti pada Mei 2025, 5,9 %. 
Pada Juli 2025, pertumbuhan kredit properti hanya 4,3 % YoY, nilai Rp 1.450,8 triliun. 
Untuk kredit KPR rumah tipe besar, pada April 2025 tumbuh 10,7 % YoY (vs 23,8 % YoY pada April 2024). Sementara rumah tipe kecil, 21 meter, malah kontraksi -4,8 %. 

2. Harga properti, indeks harga hunian

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Indonesia: pada kuartal satu 2025 naik 1,07 % YoY. 
Pada kuartal dua 2025, pertumbuhan harga properti residensial lebih rendah lagi, sekitar 0,90 % YoY. 

4. Penjualan hunian, transaksi rumah

Penjualan rumah primer pada kuartal dua 2025 tercatat terkontraksi sebesar 3,80 % YoY. 
Dari survei kuartal satu 2025, pangsa rumah dibeli melalui KPR turun menjadi 70,68 %. 

4. Kuota KPR bersubsidi, program pemerintah 

Kuota KPR bersubsidi dinaikkan dari 220.000 unit menjadi 350.000 unit untuk tahun 2025. 
 
5. Interpretasi & kaitan dengan kebijakan

Meskipun ada program subsidi, kuota bertambah, contohnya KPR bersubsidi, yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah untuk mendorong sektor properti, data menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit properti dan harga hunian sedang mengalami perlambatan.

Pertumbuhan kredit properti yang melambat dari  8 sampai 11 % di periode sebelumnya ke 5 hingga 6 % pada pertengahan 2025, menandakan daya beli masyarakat dan/atau permintaan properti tidak sebesar ekspektasi.

Pertumbuhan harga hunian yang sangat rendah 1 % YoY atau kurang, menunjukkan bahwa pasar properti tidak melambung, bisa jadi karena suplai cukup, atau karena pembeli berhati-hati, atau karena faktor ekonomi makro, seperti pendapatan, suku bunga,  membatasi.

Penurunan penjualan rumah dan pangsa KPR yang makin kecil menunjukkan bahwa meskipun pembiayaan tersedia, konsumen mungkin menahan pembelian karena ketidakpastian atau biaya yang relatif tinggi.

Kesimpulan

Data menunjukkan bahwa meskipun kebijakan mendukung subsidi, kuota, percepatan pembiayaan, namun pasar properti masih dalam kondisi yang hati-hati,pertumbuhan moderat atau melambat, harga naik tipis, dan transaksi menurun.

Artinya, kebijakan seperti yang dilakukan oleh Menteri Keuangan saat ini berpotensi membantu, tapi tidak otomatis menghasilkan lonjakan cepat di pasar properti karena banyak faktor lain selain kebijakan fiskal yang mempengaruhi daya beli, suku bunga, kepercayaan konsumen, kondisi ekonomi makro.

© 2020 CitraIndah City Jonggol. Designed by JoomShaper